Text
Tirai Menurun
Disusun seperti adegan-adegan pertunjukan wayang orang. Tirai menurun menyuguhkan babak demi babak kehidupan empat tokohnya: Kedasih, Kintel, Sumirat, dan Wardoyo. rnPemaparan dimulai ketika Republik Indonesia Serikat baru kembali menjadi negara kesatuan. Arus pendatang memasuki Semarang dari segala penjuru. Berasal dari empat desa, tokoh-tokoh kisah ini bertemu di kota. Pada siang hari mereka hidup menuruti jalan yang digariskan nasib sebagai rakyat jelata yang papa, dibebani selaksa kebutuhan tak terpenuhi. Di waktu malam, bermandikan sinar listrik dan pantulannya yang gemerlapan pada ribuan perada serta manik-manik, mereka menjelma menjadi puteri dan pangeran kerajaan yang cantik dan tampan, resi atau pertapa yang bijak berilmu tinggi, raja agung adi kuasa, bahkan sebagai dewa-dewi atau binatang gaib yang tak terbatas kesaktiannya.rnMereka hidup dalam kungkungan dua dunia: nyata dan impian. Tetapi itulah dunia yang mereka pilih dengan kerelaan yang tulus.rnSang dalang berhak mengatur serta merangkai alur cerita dan peristiwa di pentas. Tanpa sadar, di panggung kehidupan ia terjerat oleh rangkaiannya sendiri. Namun dialah yang mengakhiri pertunjukan. Dia sempat menancapkan gunungan di tengah-tengah layar. Tancep Kanyon.
02865 | Tersedia | ||
02903 | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain